Hari ini Google mengumumkan
bahwa Google Dengue Trends, alat
pengawasan untuk penyakit tropik yang
disebabkan virus dengue, telah diluncurkan
dalam 38 bahasa dan 5 negara, termasuk
Indonesia.
Google Dengue Trends menyediakan
perkiraan hampir mendekati real-time
mengenai aktivitas demam berdarah dengue
(DBD) dengan melacak popularitas kata
pencarian Google tertentu, sehingga
membantu para pejabat publik dan kesehatan
untuk bersiap menghadapi wabah DBD.
Layanan baru Google ini sendiri bisa diakses
dariwww.google.org/denguetrends.
Seperti diketahui, Dengue adalah virus yang
menyebar melalui gigitan nyamuk yang
menimbulkan gejala-gejala seperti deman
tinggi, pusing parah, bercak-bercak pada kulit
dan pendarahan ringan. Virus ini menjangkiti
lebih dari 100 juta orang di dunia setiap
tahunnya.
Menurut Direktorat Pengendalian Penyakit
Bersumber Binatang (Dir P2B2), Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, pada tahun
2010 lalu Indonesia memiliki kasus DBD
tertinggi di ASEAN dengan 150.000 kasus dan
1.317 orang meninggal akibat penyakit ini.
Sejauh ini tidak ada vaksin atau obat-obatan
khusus untuk DBD sehingga upaya kesehatan
masyarakat terutama difokuskan untuk
membantu masyarakat mengambil langkah-
langkah pencegahan agar tidak terinfeksi
oleh penyakit ini.
Biasanya perlu waktu untuk mengumpulkan,
menganalisa dan memberikan informasi
mengenai kasus DBD kepada masyarakat
melalui sumber-sumber informasi kesehatan
dari berbagai institusi. Dengan Google Dengue
Trends, masyarakat Indonesia dapat online
kapan saja untuk melacak aktivitas DBD
terbaru di Indonesia. Karena diperbarui setiap
hari, Google Dengue Trends memberikan
indikator awal mengenai aktivitas DBD,
bahkan sebelum pengumuman resmi
disampaikan.
Google Dengue Trends menggunakan
metodologi yang sama dengan Google Flu
Trends, alat pengawasan lain yang
menggunakan gabungan data pencarian
Google untuk memperkirakan aktivitas flu
diseluruh dunia. Setiap minggu, jutaan
pengguna di seluruh dunia melakukan
pencarian online untuk memperoleh
informasi kesehatan dan Google telah
menemukan hubungan erat antara jumlah
orang yang melakukan pencarian topik-topik
yang terkait DBD dengan jumlah orang yang
benar-benar memiliki gejala DBD dengan
menggunakan estimasi DBD resmi.
Meskipun tidak setiap orang yang melakukan
pencarian“DBD” benar-benar sakit, dalam
keterangannya, Google menyebutkan,
sebuah pola akan muncul ketika semua kata-
kata pencarian yang terkait DBD
digabungkan.
Dengan menggunakan data penghitungan
kasus DBD yang diberikan oleh berbagai
Kementerian Kesehatan dan Organisasi
Kesehatan Sedunia, Google dapat membuat
sebuah model yang menawarkan estimasi
hampir real-time dari aktivitas DBD
berdasarkan kepoluleran istilah pencarian
terkait DBD.
Metodologi untuk sistem ini dijabarkan dalam
artikel yang diterbitkan di PLoS Neglected
Tropical Diseases. Saat ini, Google Dengue
Trends juga tersedia di Bolivia, Brazil, India
dan Singapura.
0 komentar:
Posting Komentar