Google lagi-lagi tak bisa
mengelak dari serangan peretas China.
Setelah tragedi akhir 2009, ketika para
peretas keras kepala dari negeri asal Baidu itu
berhasil membobol sistem Google dan
mencuri kode-kode penting, kini layanan
penyedia surat elektronik (surel) Gmail jadi
sasaran.
Target pendobrakan tak main-main. Laman
Wall Street Journal (WSJ) hari ini
melaporkan bahwa akun surel pejabat senior
Amerika Serikat serta ratusan figur penting
lain dalam bahaya.
Para korban, termasuk di antaranya petinggi
negara serta militer, birokrat Asia, aktivis dan
jurnalis China, teperdaya memberikan kata
sandi akun Gmail mereka kepada para
penjahat dunia maya yang berbasis di daratan
China, demikian pernyataan Google seperti
tertera pada WSJ. Tujuan penyerangan itu
adalah menyebarkan surel korban ke
alamat-alamat tertentu.
Kecurigaan diarahkan kepada para peretas
yang berdiam di Jinan, ibu kota Provinsi
Shandong, China bagian timur.
Di Washington, Amerika Serikat, badan
penyelidik FBI (Federal Bureau Investigation)
serta Departemen Dalam Negeri AS tengah
bahu-membahu menyelidiki kasus ini. "Kami
tak percaya ada akun surel resmi milik
pejabat pemerintah AS yang diterobos," ucap
Caitlin Hayden dari Dewan Keamanan
Nasional AS kepada WSJ.
Jinan, yang terletak sekitar 400 kilometer
sebelah selatan Beijing, merupakan markas
biro-biro pengintaian teknis milik People's
Liberation Army, salah satu angkatan perang
terbesar di dunia.
Sebelumnya, Mila Parker, seorang peneliti
keamanan di Washington, telah
mengingatkan Google akan ancaman
penyerangan. Mila berhasil menyimpan
contoh-contoh surel yang ia identifikasi
melalui pengamatan rutin dan ia namakan
serangan "man-in-the-mailbox."
Metode yang digunakan oleh si pengirim: akun
surel korban beserta kontak di dalamnya
dirampas dan dipakai untuk meyakinkan
calon korban lain.
Menurutnya, seperti terungkap dalam laman
New York Times, itu bukan "cara baru atau
mutakhir," namun "penyebarannya invasif."
Ia lantas menyodorkan dokumen palsu
berjudul "Draft US-China Joint
Statement" (Rancangan Perjanjian Kerja
Sama AS-Cina) yang disebarkan melalui akun
surel di Departement Luar Negeri, Departemen
Pertahanan, Badan Intelijen Pertahanan dan
Gmail.
Ketika pengguna mencoba mengunduh
dokumen, mereka akan digiring ke laman
muka Gmail palsu yang akan mencuri kata
sandi.
Kejadian itu tentunya akan kian
meningkatkan tekanan atas masalah
cyberwar. Pemerintah AS pekan ini akan
memutuskan bahwa serangan cyber
diklasifikasikan sebagai "perang".
Sementara itu, Menteri Pertahanan Inggris,
Nick Harvey mengatakan, seperti dikutip dari
laman The Guardian, "segala kegiatan di dunia
maya akan pelan-pelan membentuk
semacam medan perang masa depan."
0 komentar:
Posting Komentar